loader

Please Wait ...

Ali Imron Hamid
| Rabu, 07 Okt 2020

Perpustakaan Jangan Kalah dengan Media Sosial

“Akan sulit menyiapkan digitalisasi koleksi jika support akses teknologi belum merata, terutama di daerah 3T. Maraknya disinformasi juga makin menambah persoalan penumbuhan iklim literasi.”
Perpustakaan Jangan Kalah dengan Media Sosial Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Putra Nababan.

RMco.id Rakyat Merdeka - Aksesibilitas mendapatkan bahan bacaan bukanlah parameter mutlak untuk mengukur tingkat literasi masyarakat. Dampak dari pencapaian literasi adalah ketika masyarakat berhasil menciptakan produk barang atau jasa yang bermanfaat bagi banyak orang, hasil dari pemikiran, inovasi, gagasan, dan ide-ide baru yang diperoleh dari keaktifan membaca. Masyarakat harus diyakinkan bahwa pintu gerbang untuk meningkatkan kualitas manusia adalah dengan membaca. 

Demikian disampaikan Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando saat mengisi webinar dengan tajuk “Membangun Budaya Literasi untuk Kesejahteraan”, Selasa (6/10). “Transfer knowledge, apa pun bentuknya, hanya bisa dicapai lewat baca," terangnya.

Untuk itu, kata dia, perpustakaan harus untuk terus memberikan fasilitas layanan yang memadai bagi masyarakat untuk meningkatkan literasi dan transfer pengetahuan. Ketika sumber daya manusia sudah andal, kekayaan sumber daya alam akan lebih bisa dioptimalkan pemanfaatannya.

Di era sekarang, lanjutnya, media sosial (medsos) menjelma menjadi kekuatan yang luar biasa. Apalagi di masa pandemi ini. Dalam waktu singkat, jutaan followers berhasil direngkuh sekadar untuk menonton tutorial yang sederhana tetapi dikemas dengan menarik. 

Kata Syarif, kekuatan menggaet antusiasme massa lewat medsos secara cepat harus diakui telah mengalahkan kemampuan serupa pada media elektronik yang lebih dulu familiar, seperti televisi dan radio. Ini juga merupakan tantangan nyata yang harus dihadapi perpustakaan. 

Atas hal itu, Syarif meminta secara khusus agar perpustakaan bersama stakeholder terkait harus memiliki visi yang sama. Perpustakaan harus melakukan langkah-langkah agar tidak kalah dengan medsos. Pertama, perkembangan teknologi harus mampu memudahkan keterjangkauan akses informasi dan pengetahuan yang bisa diperoleh masyarakat. “Ini yang harus dimaksimalkan,” ucapnya. 

Kedua, komitmen pustakawan atau tenaga pengelola perpustakaan untuk terus memberikan pelayanan yang prima. Ketiga, masyarakat harus diberikan kesadaran untuk meningkatkan kualitas diri. 

"Perpustakaan jangan kalah dengan media sosial. Yakinkan bahwa koleksi pengetahuan yang disediakan baik yang tercetak maupun digital mampu memenuhi kebutuhan informasi masyarakat. Perpustakaan harus jadi sumber bahan bacaan yang bermutu," tambah Syarif. 

Layanan perpustakaan digital yang dimiliki Perpusnas, seperti Indonesia OneSearch (IOS), iPusnas, dan Khastara terus menunjukan grafik peningkatan, terlebih di masa pandemi. Tingginya pemanfaatan layanan digital Perpusnas dibarengi dengan melonjaknya angka keanggotaan Perpusnas. 

"Khastara bahkan secara khusus diapresiasi Kementerian PAN-RB. Mereka meminta kandungan informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam ribuan naskah kuno dapat diterjemahkan, dibaca, dan dipahami dengan mudah oleh masyarakat, terutama yang menjadi koleksi memori ingatan dunia, seperti Babad Diponegoro, dan Cerita Panji," terang Syarif. 

Fokus perhatian Perpusnas tidak sebatas penyediaan aksesibilitas pengetahuan lewat teknologi internet, tetapi juga ketersediaan pengetahuan di daerah 3T (tertinggal, terluar, terpencil), yang keterjangkauan teknologi masih terbatas. Di daerah tersebut kebutuhan koleksi buku fisik masih diperlukan, ditambah dukungan lain seperti armada perpustakaan keliling (mobil/motor). 

Aspek kegemaran membaca menjadi penting karena masuk ke dalam salah satu rencana strategis (Renstra). Hal ini merupakan upaya untuk menaikkan indeks literasi masyarakat. Sehingga pola sinergi yang strategis dengan stakeholder terkait harus terus diperkuat untuk pengembangan perpustakaan.

Anggota Komisi X DPR Putra Nababan, yang menjadi pembicara dalam webinar itu, menyatakan, penyediaan infrastruktur sebagai syarat aksesibilitas teknologi belum merata. “Akan sulit menyiapkan digitalisasi koleksi jika support akses teknologi belum merata, terutama di daerah 3T. Maraknya, disinformasi juga makin menambah persoalan penumbuhan iklim literasi,” ujarnya.

Karena itu, Komisi X DPR mendukung Perpusnas untuk terus merevitalisasi perpustakaan di daerah, terutama daerah 3T, dengan penyediaan akses internet dan pembentukan kualitas sumber daya pengelola perpustakaan yang unggul. Putra menyarankan agar Perpusnas melakukan kolaborasi dengan kementerian/lembaga terkait untuk memudahkan aksesibilitas pengetahuan masyarakat.

Sumber: RMco.id

QUOTE
quote
quote
quote
quote
quote