loader

Please Wait ...

Elva Nurrul Prastiwi
| Rabu, 28 Okt 2020

Museum Diminta Tuangkan Narasi dalam Konten Digital

Putra Nababan mendorong Kemendibud RI dan museum menyiapkan artefak dan koleksinya dalam kemasan konten digital agar masuk dalam pelajaran sejarah dan PPKn.
Museum Diminta Tuangkan Narasi dalam Konten Digital Anggota Komisi X DPR RI Putra Nababan dalam acara Focus Group Discussion (FGD) tentang Posisi Museum dalam Merawat Nilai Kebangsaan di Museum Sejarah Jalarta, Selasa (27/10). (Foto: gesuri.id/Elva Nurrul Prastiwi)

Jakarta, Gesuri.id - Anggota Komisi X DPR RI Putra Nababan mendorong Kemendibud RI dan museum menyiapkan artefak dan koleksinya dalam kemasan konten digital agar masuk dalam pelajaran sejarah dan PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan). 

Menurut Putra Nababan, koleksi museum Indonesia ini dapat dikemas dalam narasi untuk menumbuhkan nilai-nilai kebangsaan bagi lebih dari 60 juta anak didik yang saat ini masih berada di rumah menjalankan pendidikan daring.

"Jadi koleksi museum bersama artefaknya akan lebih baik dibuatkan narasi atau cerita dalam bentuk digital yang menjadi suplemen dari kurikulum pendidikan sejarah. Narasi harus diberi konteks nilai-nilai kebangsaan," ujarnya dalam acara Focus Group Discussion (FGD) tentang Posisi Museum dalam Merawat Nilai Kebangsaan di Museum Sejarah Jalarta, Selasa (27/10).  

Putra mencatat kondisi pendidikan di Indonesia selama pandemi Covid-19, dari 646,2 ribu satuan pendidikan, sebanyak 68,8 juta siswa belajar di rumah, dan 4,2 juta guru dan dosen mengajar dari rumah. 

Sedangkan, terkait akses internet, siswa mulai dari tingkat pendidikan SD hingga SMA/SMK yang mampu mengakses internet untuk Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ternyata sangat baik yaitu mencapai 81%, dan yang tidak bisa mengakses sisanya yaitu 19%.

Konten pembelajaran secara video tertinggi yaitu dari jumlah konten sebanyak 114.137, video mencapai 11.753, Audio 3.614, Multimedia 2.787, dan Buku/Modul 892.     

"Jadi anak-anak kita bisa akses konten-konten museum ini mereka belajar  di rumah menggunakan akses internet, tidak usah dibawa ke museum. PJJ ini merupakan peluang emas yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai kebangsaan, khususnya dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda saat ini," ungkap Putra menjabarkan. 

Putra juga menambahkan bentuk-bentuk konten seperti animasi, video, gambar-gambar, narasi atau cerita lebih berkesan dalam hal konteks.   

Terkait kunjungan langsung ke museum, Putra mencatat kunjungan dari sekolah-sekolah di daerah pemilihan (dapil)-nya, Jakarta Timur ke museum masih rendah.

"Kunjungan dari sekolah-sekolah di dapil saya, ke museum itu masih rendah. Demikian juga pemilihan kunjungan museum berdasarkan mata pelajaran masih terbatas, seperti hanya Museum Lubang Buayam dan Museum Sangiran. Padahal museum kita sangat banyak," ujar Putra. 

Selain itu, Putra juga menekankan pentingnya pihak museum menguasai dan memiliki inovasi teknologi yang canggih dalam mempromosikan museum sebagai pemicu kunjungan publik.

"Hal itu misalnya sudah dilakukan Kemendikbud dengan Starbucks, yang menggelar promo tertentu untuk menstimulus publik berkunjung ke museum," ujar Putra.

Putra mencontohkan pemerintah sebagai pihak yang berwenang mengelola museum dapat menggandeng para influencer dari berbagai komunitas maupun perusahaan, dan kemudian menyajikan publikasi mengenai museum yang dituangkan ke dalam format konten virtual.

Apalagi, lanjut Anggota Dewan yang memiliki daerah pemilihan (dapil) DKI Jakarta Timur itu, dunia pendidikan di era new normal saat ini akrab dengan digitalisasi.

Putra memang menekankan pentingnya konten virtual untuk mempublikasikan isi museum. 

"Sebab mengandalkan konten virtual ini yang sudah dilakukan antara lain oleh Museum Nasional, sudah seharusnya, bahkan hal ini harus semakin diperluas," pungkasnya.

Sumber: Gesuri.id

QUOTE
quote
quote
quote
quote
quote