loader

Please Wait ...

Elva Nurrul Prastiwi
| Rabu, 12 Mei 2021

Putra Kenang Kesederhanaan Mantan Ephorus HKBP SAE Nababan

Usai disemayamkan di Gereja HKBP Sabungan, jenazah mantan Ephorus Pendeta SAE Nababan dikebumikan di pemakaman keluarga di Siborongborong pada Selasa (11/5/2021).
Putra Kenang Kesederhanaan Mantan Ephorus HKBP SAE Nababan Putra Nababan dan Panda Nababan saat beranjak ke Gereja HKBP Sabungan Siborongborong yang menjadi tempat persemayaman jenazah mantan Ephorus Pendeta SAE Nababan.

TRIBUN-MEDAN.com, TARUTUNG - Usai disemayamkan di Gereja HKBP Sabungan, Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), jenazah mantan Ephorus Pendeta SAE Nababan dikebumikan di pemakaman keluarga di Jalan Sisingamangaraja, Nomor 139, Siborongborong pada Selasa (11/5/2021).

Sebagai keluarga, Putra Nababan, anak dari politikus PDIP Panda Nababan, mengisahkan sosok almarhum.

Diketahui bahwa SAE Nababan adalah saudara kandung dari Panda Nababan.

Putra Nababan menyampaikan bahwa almarhum adalah pemimpin yang senantiasa mengajarkan ajaran Kristus kepada yang ia jumpai, termasuk di dalam keluarga.

"Almarhum adalah pemimpin yang solid, almarhum adalah pemimpin yang selalu mengajarkan ajaran Tuhan Yesus pada kita," ujar Putra Nababan saat disambangi di areal pemakaman pada Selasa (11/5/2021).

Selain sebagai seorang pendeta yang notabene memiliki kemampuan menyampaikan ajaran iman melalui pembelajaran resmi, almarhum juga dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap masyarakat.

Kepeduliannya akan kebutuhan masyarakat banyak juga tercermin dari sikap hematnya dan bersyukur atas rahmat yang ia terima.

"Almarhum adalah sosok yang mengajarkan kesederhanaan. Almarhum adalah sosok yang mengajarkan kepedulian. Almarhum adalah sosok yang mengajarkan kita untuk berhemat," terangnya.

Lebih detail, ia menjelaskan bahwa penghematannya bukan melulu soal finansial, namun juga untuk makanan dan minuman. Penghematan yang dimaksud lebih pada sikap menghargai.

Ia berkisah juga bagaimana pengalamannya tinggal bersama almarhum saat berumur 5 tahun.

Hal-hal kecil, misalnya di saat makan menjadi pembelajaran berarti bagi dirinya hingga kini.

"Bukan hanya hemat dalam pengeluaran uang, tapi hemat dalam makan, minum. Saya dari kecil saat berumur 5 tahun, sudah makan di rumah almarhum yang selalu bilang tidak boleh minum sebelum makanannya selesai," terangnya.

"Kenapa? Supaya kita enggak kenyang air. Dan tidak ada sebutir pun nasi yang tersisa di piring. Karena itu bentuk ucapan syukur bagi kami atas berkat Tuhan diberikan makan," sambungnya.

Ia yakin bahwa pengajaran hal-hal detail tersebut adalah sesuatu yang tidak populer di kalangan generasi muda masa kini.

"Jadi hal-hal seperti itu yang mungkin tidak populer, buat anak kecil, buat generasi muda. Kok enggak boleh minum gitu ya. Maksudnya almarhum agar jangan kenyang air dan makanan jadi enggak habis," ungkapnya.

Teladan dan pengajaran yang diberikan almarhum, bagi Putra Nababan merupakan hal yang berarti.

Ia mengenang kembali bagaimana almarhum juga mengajarkan perihal kedisiplinan, secara khusus disiplin waktu.

"Hal-hal seperti itu, sejak kecil kami sudah dididik. Termasuk menghargai waktu. Jangan telat," sambungnya.

Momen-momen indah bersama almarhum adalah hal berarti bagi Putra Nababan. Terlihat, seluruh keluarga yang datang dari Jakarta merasakan kesedihan yang mendalam.

"Saya pernah konsultasi kepada beliau sebelum menikah, membawa calon istri saya. Kami telat 5 menit, dia langsung menegur kami. Itu menjadi kenangan indah sekaligus pembelajaran bagi kami, padahal saya hanya telat 5 menit. Menghargai waktu," pungkasnya.

Sumber: Tribun Medan

QUOTE
quote
quote
quote
quote
quote